Jumat, 12 Agustus 2011

Tidak semua dinosaurus punah 700.000 tahun yang lalu


Tidak semua dinosaurus punah 700.000 tahun yang lalu

Oleh Administrator  | Selasa, 1 Februari 2011


Robert F. Walters

Bukti berupa fosil menunjukkan kalau ada dinosaurus yang selamat setelah kepunahan massal 700.000 tahun yang lalu.

Tim peneliti Universitas Alberta, Kanada, berhasil memperkirakan umur fosil dinosaurus yang terdapat di New Mexico. Dikatakan, Fosil tulang paha hadrosaurus berasal dari era 64,8 juta tahun yang lalu. Tim peneliti University of Alberta, Kanada, menarik kesimpulan itu setelah melakukan analisis.

Hasil ini mengejutkan sebab selama ini ilmuwan percaya bahwa dinosaurus punah antara 65,5-66 juta tahun lalu. Jika temuan ini benar, hal tersebut membuktikan bahwa hadrosaurus masih berhasil selamat dari kepunahan massal.

Selama ini, dipercaya bahwa kepunahan dinosaurus terjadi akibat terhalangnya cahaya matahari oleh serpihan debu hantaman asteroid. Akibatnya, iklim berubah secara ekstrem. Vegetasi dan populasi pun punah.

Dengan hasil temuan fosil hadrosaurus ini, Heaman berpendapat perubahan iklim tidak menyapu bersih semua vegetasi. Masih terdapat vegetasi yang bertahan sehingga memungkinkan hadrosaurus untuk hidup.

Heaman juga mengatakan perlunya mengeksplorasi telur-telur yang bertahan dalam lingkungan ekstrem tersebut. Ia mengungkapkan, jika hasil penelitian ini benar, maka teori tentang waktu kepunahan dinosaurus perlu direvisi. Hasil penelitian ini dpublikasikan di jurnal Geology terbaru yang terbit tanggal 26 Januari 2011. (Yunanto Wiji Utomo)
Sumber: Kompas.com

Jangkrik Purba


Arkeolog Temukan Jangkrik Purba Pemakan Daging Dari Zaman Dinosaurus



Sebuah fosil serangga predator dari zaman dinosaurus baru-baru ini ditemukan di lapisan kapur yang terletak di wilayah utara Brazil. Serangga ini adalah serangga karnivora pemakan daging yang berasal dari 100 juta tahun silam.

Fosil tersebut merupakan nenek moyang dari Schizodactylidae serangga serupa jangkrik berkaki lebar yang kini masih ditemukan di wilayah Asia Selatan, Indochina bagian utara, dan Afrika.

Nenek moyang jangkrik itu hidup di periode Cretaceous, sesaat sebelum superbenua Gondwana (superbenua yang mencakup benua Afrika, Amerika Selatan, Australia, India, Arab, dan Antartika saat ini) terpecah.

Seperti diberitakan situs LiveScience, ia berasal dari genus Schizodactylus atau jangkrik berkaki miring. Genus Schizodactylus mencakup jangkrik yang ada saat ini, belalang, serta binatang bernama katydid.

"Nama ini mereka dapatkan sesuai dengan kaki yang mereka miliki yang membuat mereka bisa melenting dan menyokong tubuh mereka di habitat berpasir untuk memburu mangsa mereka," kata Sam Heads, Ketua peneliti yang menemukan fosil ini.

Saat berburu, kata Heads, spesies ini sebenarnya tak menggunakan strategi khusus. Serangga bertubuh tambun ini keluar malam hari menyisir habitat mereka untuk mencari mangsa. "Mereka bisa bergerak dengan cepat bila diperlukan... dan mereka cukup rakus," ujar Sam yang berasal dari University Illinois itu.

Setidaknya, ia memiliki perbedaan dengan jangkrik yang ada saat ini. Dengan panjang sekitar 6 cm dari kepala hingga ke bagian belakang tubuhnya, ia memiliki postur yang agak aneh.

Antenanya lebih panjang dari tubuhnya. Jangkrik ini juga memiliki sayap yang tergulung dan kaki yang tajam seperti sepatu salju. Menurut Heads, ini untuk mendukungnya tetap bisa menjejak di daerah berpasir.

Namun, jangkrik yang sangat agresif ini tak bisa terbang walaupun memiliki sayap. Sayapnya, kata Heads biasanya hanya bisa dimekarkan saat diperlukan.

Penemuan fosil ini dipublikasikan di jurnal online ZooKeys yang bisa bebas diakses. Meski karakteristik fosil berbeda dengan Schizodactylidae yang hidup saat ini, namun karakteristik umumnya hampir sama. Kesamaan tersebut membuktikan bahwa Schizodactylidae mengalami evolusi statis selama jutaan tahun.

Evolusi statis adalah peristiwa di mana kelompok organisme tertentu hanya mengalami sedikit perubahan genetik dalam rentang waktu geologi yang cukup lama. Sam Heads, ahli serangga dari Universitas Illinois yang terlibat riset ini mengatakan, Schizodactylidae mengalami evolusi statis sejak periode awal zaman Cretaceous, 100 juta tahun lalu.

Studi lain juga menunjukkan bahwa lingkungan tempat moyang serangga serupa jangkrik ini tinggal adalah kering atau kering musiman. Heads mengatakan, "Hal ini menunjukkan, pemilihan habitat dariSchizodactylus, genus dari moyang hewan serupa jangkrik, ini tidak berubah selama 100 juta tahun juga.

Mendeskripsikan Schizodactylidae, Heads mengatakan, "Ini adalah jangkrik berkaki lebar dan kelompok serangga besar yang memiliki kekerabatan dengan jangkrik yang sehari-hari kita kenal." Heads mengatakan, Schizodactylidae mendapatkan namanya dari struktur kaki serupa dayung yang membantunya bergerak di pasir dan mencari mangsa

sahabat manusia sebelum anjing


Apakah rubah sahabat manusia sebelum anjing?

Oleh Alex Pangestu  | Jumat, 28 Januari 2011

Christopher Hall/stock.xchng

Sebuah temuan fosil prasejarah di Yordania membuka kemungkinan kalau rubah sempat dijadikan hewan peliharaan sebelum anjing.

Para peneliti dari tim yang dipimpin oleh University of Cambridge menemukan liang kubur berisi tulang manusia dan tulang rubah. Pada laporan yang diterbitkan 27 Januari, mereka menyatakan, rubah itu dijadikan hewan peliharaan dan dikubur bersama tuannya sebagai teman di alam baka.

Kuburan di Uyun-al-Hammam, sebelah utara Yordania itu diperkirakan berumur 16.500 tahun, jauh lebih tua daripada temuan kuburan yang berisi manusa dan anjing yang diperkirakan berumur 4.000 tahun. "Bukti anjing jadi peliharaan ditemukan di Timur Dekat (Near East) di tempat seekor anak anjing terkubur bersama manusia," kata Dr. Jay Stock dari Leverhulme Centre, University of Cambridge.

Jika perkiraan mereka benar, temuan ini merupakan temuan pertama yang menjadi bukti kalau jauh sebelum manusia berburu rubah dengan anjing, manusia bersahabat dengan rubah.

"Hubungan antara manusia dengan rubah ini sepertinya tidak berlangsung lama," demikian tercatat dalam studi. Rubah sepertinya tidak dipelihara secara penuh. Rubah digantikan oleh anjing beberapa milenium kemudian karena anjing lebih bersahabat.

Beberapa studi mendapati kalau rubah dapat dijinakkan oleh manusia. Tetapi, prosesnya tidak mudah karena sifat alami mereka pemalu dan keras kepala.

Temuan hewan yang dikubur bersama manusia merupakan salah satu gambaran besar rumitnya perkembangan budaya komunitas pertanian pada era Neolitik, ribuan tahun kemudian. 
(Sumber: Physorg.com)

Spesies Ikan Baru


Blenny Fish, Spesies Ikan Baru yang ditemukan Ilmuwan AS



Para peneliti AS memeriksa tiga spesies ikan yang disebut 'blenny' dan mengatakan bahwa mereka menemukan apa yang mereka cari di 10 spesies yang berbeda.
Para peneliti AS memeriksa tiga spesies ikan yang disebut 'blenny' dan mengatakan bahwa mereka menemukan apa yang mereka cari di 10 spesies yang berbeda.

Para ilmuwan dari Smithsonian Institute mengatakan bahwa ikan blenny yang hidup di gugusan karang di Samudera Atlantik dan laut Pasifik ini, sangat sedikit diketahui informasinya. Demikian seperti yang dikutip dari UPI.com.

Para ilmuwan mengatakan bahwa klasifikasi dari tiga spesies ikan blenny yang sebelumnya berlawanan dengan studi DNA ikan tersebut, mulai dari larva sampai dewasa, akhirnya berhasil menguak tujuh spesies yang belum diklasifikasi.

"Analisis DNA telah menawarkan sains sebuah sumber untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan lama," ujar Carole Baldwin, seorang zoologist di Smithsonian National Museum of Natural History.

"Penemuan ini adalah contoh yang sempurna mengenai bagaimana pemetaan DNA menjelaskan spesies yang kita lewatkan sebelumnya, seperti ikan blenny Starksia," tambah Baldwin.

"Kami tidak mengerti di mana kita berdiri dalam periode waktu untuk memahami keanekaragaman spesies. Hasil kerja kami ini menunjukkan kalau penelitian sebelumnya belumlah lengkap," tutup Baldwin.

Sumber :
techno.okezone.com